SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI SMP NEGERI 23 SURABAYA

SAMBUTAN KEPALA SEKOLAH

SAMBUTAN KEPALA SEKOLAH

A ssalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT disertai rasa syukur karena dengan bimbinga...

Senin, 28 Oktober 2019

Wisata Arsip untuk Anak Sekolah (WARAS)

K esan negatif jika seseorang mendengar kata arsip. Pikiran tertuju pada seonggok dokumen berdebu yang bisa mengakibatkan bersin-bersin. Namun, di tangan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur menjadi berbeda, arsip menjadi sesuatu yang menarik. Arsip-arsip, termasuk foto-foto bersejarah, ditata dengan sedemikian rupa di lobi dan kamar penyimpanan arsip, ditonjolkan sisi artistik, sehingga arsip menjadi tujuan wisata yang mengasyikkan. Selasa (16/4/2019) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur mengundang sejumlah 25 siswa SMP 23 Surabaya dan satu guru pendamping untuk berkunjung ke Galeri Waras, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur di Jalan Jagir Wonokromo 350, Surabaya. Para siswa diberikan kesempatan untuk melihat arsip-arsip yang tersimpan dan tertata rapi, baik arsip tertulis maupun visual.
Isnat, Fasilitator Waras Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, menjelaskan dalam paparannya bahwa arsip merupakan sarana menyelamatkan memori kolektif bangsa, menjadi alat bukti sah di pengadilan dan memiliki peranan penting dalam penyelesaian perkara hukum. Arsip bersifat autentik dan terpercaya berperan terwujudnya memori kolektif bangsa melalui penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih dalam kerangka NKRI, tambahnya. Lanjutnya, galeri dibagi tiga kelompok, pertama Jawa Timur sebelum 1945. Pengunjung dapat melihat foto dan arsip yang dikemas dalam sarana visualisasi banner dan showcase, yaitu arsip dan buku masa Hindia Belanda, dan foto Jawa Timur tempo dulu. Kelompok kedua, Jawa Timur Masa Revolusi Kemerdekaan 1945 – 1949, arsip Jawa Timur pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, termasuk arsip tulisan tangan para pelaku pertempuran Surabaya. Sedangkan kelompok ketiga adalah Jawa Timur Membangun, yaitu informasi perjalanan pemerintah dan rakyat Jawa Timur dari tahun 1950 hingga sekarang. “Galeri Waras mengedepankan unsur edukatif, inspiratif, dan rekreatif, dengan tujuan meningkatkan wawasan kesejarahan, nasionalisme, membangun jati diri, dan karakter bangsa melalui arsip”, pungkas Isnat.
Selain kunjungan ke kantor arsip, yang paling menyenangkan bagi para siswa adalah berkeliling Surabaya dengan bus wisata arsip. Bagian depan dan belakang bus itu dibentuk seperti gerbong trem kuno sebagai upaya membangkitkan kenangan bahwa pada masa lalu ada trem yang berlalu-lalang di Surabaya. Rute kunjungan tersebut dimulai dari Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan di Jalan Jagir Wonokromo. Ditemani pemandu, bus singgah di Museum Surabaya dan Dr. Soetomo. Queeni Inez Kenar Apsari, Kelas VIII-F, mengatakan bahwa dengan diberikan kesempatan berkunjung ke Galeri Waras para siswa mendapatkan wawasan baru. Yang paling menarik dapat melihat sejarah perjuangan bangsa sehingga menumbuhkan rasa nasionalisme.
“Senang sekali dapat melihat potret Presiden Pertama, Bung Karno, di samping potret perkembangan pemerintah Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya, dan sejarah Dr. Soetomo”, ujar Quueni. *)Ali Mucson, S.Pd., M.M. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya

Implementasikan Pembelajaran PAI dengan Manasik Haji

Sebanyak 347 siswa Kelas IX SMP Negeri 23 Surabaya Tahun Pelajaran 2018/2019 melaksanakan Manasik Haji. Kegiatan praktik yang dilaksanakan di Asrama Haji Sukolilo, Senin (4/2/2019), merupakan peragaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang harus ditunaikan. Turut mendampingi siswa Laili Fadila, Kepala SMP Negeri 23 Surabaya, para Wali Kelas, dan beberapa guru pendamping.
Laili Fadila, Kepala SMP Negeri 23, dalam pembukaan acara menuturkan bahwa kegiatan manasik haji melatih para siswa mempraktikkan tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji, misalnya rukun haji, persyaratan, wajib, sunah, maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, para calon jamaah haji juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sa’i, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi ibadah lainnya, tambahnya.
Pada kesempatan lain, Kun Hayana, guru PAI SMPN 23 Surabaya, secara rinci menambahkan bahwa tujuan diadakan manasik haji dan umroh adalah agar para siswa dapat mempraktikkan pembelajaran PAI, khususnya tentang ibadah haji dan umroh, baik secara teoritis maupun praktis. Kedepannya diharapkan agar para siswa dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik dan benar sesuai syarat dan rukunnya, tambah Kun Hayana. Lanjut Hayana, adapun manfaat manasik haji dan umroh yang lain di antaranya, dapat mengetahui doa-doa sunah, mulai dari keluar rumah untuk melaksanakan ibadah haji sampai kembali ke tanah air. Selain itu, kegiatan ini dapat memberikan pemahaman mana yang wajib, rukun, sunah, dan haram saat melaksanakan ibadah haji dan umroh. Di samping itu, siswa dapat mengetahui sejarah dan kondisi Makkah maupun Madinah yang akan berguna untuk persiapan ibadah haji dan umroh, pungkas mantan guru SMP Negeri 21 Surabaya.
Usai pelaksanaan manasik haji, Dhimas Budhi H.S., Kelas IX-E, menjelaskan bahwa jika di bangku sekolah yang diperoleh siswa berupa teori, sedangkan kegiatan manasik haji merupakan implementasi pembelajaran PAI, khususnya materi Haji dan Umroh, melalui praktik senyatanya di tempat yang berfungsi sebagai miniatur pelaksanaan haji. “Mohon doa restu, semoga di masa depan saya diberikan rezeki oleh Allah dapat melaksanakan ibadah haji dan umroh,” harap siswa yang beberapa kali menjuarai lomba video, di antaranya Juara I Lomba Video “Dolly Saiki”. (ali/ ....) *)Ali Muchson, S.Pd., M.M. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya

Prodi Farmasi Universitas Hang Tuah Kenalkan Dagusibu

Melalui penyuluhan yang bertajuk ‘Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang (Dagusibu)’ Program Studi (Prodi) Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya mengenalkan cara bagaimana mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat-obatan kepada siswa SMP Negeri 23 Surabaya, Jumat pagi (27/9/2019).
Sekretaris Prodi Farmasi Nani Wijayanti saat memberikan sambutan menuturkan bahwa program ini dalam rangka menjalankan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian Masyarakat. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian penyuluhan tentang Dagusibu dan Tanaman Obat Keluarga merupakan salah satu bentuk dari berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Prodi Farmasi. Lebih lanjut Nani menjelaskan, selain memberikan wawasan kepada siswa tentang seputar mendapatkan dan menggunakan obat-obatan secara benar, kegiatan ini mengenalkan Universitas Hang Tuah sebagai Kampus Biru. Di samping itu, juga menekankan kepada mahasiswa agar mampu menyampaikan hal-hal mengenai kefarmasian, tranfer ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya siswa.
“Penyuluhan Dagusibu memberikan wawasan kepada siswa agar sejak dini mereka dapat memeroleh wawasan tentang cara mendapatkan dan menggunakan obat-obatan secara benar,” pungkas Nani.
Sementara itu, Siska Dahlia Wahyu Yulianto, salah satu fasilitaor penyuluhan, menjelaskan bahwa penyuluhan ini dalam rangka wawasan agar para siswa mengetahui cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan kapan harus membuang obat-obatan. Hal ini penting, agar sejak dini mereka tidak salah dalam penggunaan obat-obatan. “ Di masyarakat masih sering ditemui cara mendapatkan, penggunaan, penyimpanan maupun kapan harus membuang obat-obatan,” jelas mahasiswa Prodi Farmasi Semester VII. Selain wawasan tentang obat-obatan, lanjut Siska, penyuluhan juga memberikan wawasan baru kepada para siswa tentang Tananam Obat Keluarga (Toga). Berbagai jenis tanaman dapat dijadikan alternatif berbagai produk. Tananam tersebut di antaranya bunga kenanga dapat dibuat lulur, bunga sepatu, lidah buaya, dan bunga rosela bermanfaat untuk masker wajah, pungkas Siska.
Usai Erika Dwi Cahyani Arifin dan Septi Melan Ayu Wulandari, mengungkapkan rasa senangnya karena diberi kesempatan untuk mengikuti penyuluhan ‘Dagusibu dan Tananam Obat Keluarga’. Keduanya sepakat, dengan mengikuti penyuluhan ini memperoleh wawasan baru tentang mengenal penggunaan obat-obatan secara benar. Wawasan ini akan ditularkan kepada teman-teman dan keluarga di rumah. “Bisa tahu seputar penggunaan obat-obatan secara benar agar tidak sembarangan. Jika sembarangan ada efek negatif yang harus ditanggung,” ujar kedua siswa Kelas VII-H. *)Ali Muchson, S.Pd., M.M. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya

SMPN 23 Surabaya Deklarasikan Sekolah Ramah Anak

SMP Negeri 23 Surabaya menggelar kegiatan Deklarasi Sekolah Ramah Anak (RSA). Kegiatan sebagai implementasi Permen PP dan PA nomor 8 Tahun 2014 dilaksanakan pada saat selesai upacara hari Senin, (15/04/2019). Deklarasi diikuti oleh seluruh siswa Kelas VII, Kelas VIII, Kelas IX, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, perwakilan orangtua, dan Komite Sekolah masing-masing.
Widji Lestari, Fasilitator dari Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, usai deklarasi di SMP Negeri 23 Surabaya menuturkan, rumusan SRA bertolak dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Dijabarkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dia melanjutkan, sekolah adalah institusi yang memiliki mandat untuk menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran secara sistematis dan berkesinambungan. Sekolah berkewajiban memberikan lingkungan aman bagi fisik maupun psikis siswa. Lingkungan yang aman akan menciptakan terwujudnya empat hak anak yang harus dilindungi, yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi. Secara fisik terlindungi dari tindak kekerasan, sedangkan secara psikis system sekolah dalam rangka mengayomi empat hak anak tersebut. Sementara Dita Amalia menambahkan, selama ini SRA hanya dipahami sebatas sekolah aman dari kekerasan. Pendidikan ramah anak didefinisasikan secara bebas sebagai bentuk pengembangan pembelajaran yang humanistik pada anak. Sekolah berusaha mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dengan memenuhi hak anak, memadukan potensi fisik, psikis dan mental anak dengan pendekatan kasih sayang baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara. Sesungguhnya, tegas Dita, SRA merupakan wujud sekolah yang aman dan nyaman untuk mengantarkan anak-anak Indonesia menjadi generasi penerus bangsa yang andal. Oleh sebab itu, hak-hak mereka harus diperjuangkan semaksimal-maksimalnya. Pelibatan partisipasi anak dalam dalam kegiatan sekolah perlu diperhatikan. Satu contoh dalam pembuatan tata tertib sekolah, tambahnya.
“Siswa perlu dilibatkan dalam menyusun tata tertib sekolah. Apa ide mereka dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Dengan demikian eksistensi anak diakui keberadaannya,” pungkas Fasilitator DP5A Kota Surabaya *)Ali Mucson, S.Pd., M.M. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya

Mendidik Anak di Zaman Maju Ini Perlu Kecerdikan

Prof. Dr. Umi Dayati, M.Pd., dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, mengatakan bahwa ragam perubahan besar di Era Revolusi Industri 4.0 sudah mulai tampak dalam kehidupan sehari-hari, saat berbicara bersama 900 orang siswa dan orang tua SMPN 23 di Hall Mina Asrama Haji Surabaya, Sabtu (26/10/2019). Lebih lanjut Bu Umi, sapaan akrabnya, menjelaskan, beberapa perubahan besar tersebut di antaranya adalah terjadinya digitalisasi dan otomatisasi hampir dalam seluruh aspek kehidupan. Tentunya, era ini akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tidak bisa dibendung. Perubahan tersebut, tentunya akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Tidak terkecuali pada aspek pendidikan anak. Sebagai orang tua, lanjutnya, sudah menjadi kewajiban untuk memahami hakikat era di atas, menyadari konsekuensi logis dari perubahan-perubahan yang ditimbulkan, dan harus mampu menyiapkan generasi ini untuk menjadi generasi yang kompetitif dan produktif. Dengan banyaknya fenomena yang begitu hebat, orangtua harus mampu mendidik anak sesuai dengan zamannya. Orangtua wajib bekerja sama dengan sekolah untuk menciptakan generasi era revolusi industri yang berkarakter. Penyampian dengan bahasa yang santai, akrab namun tetap mengena, Bu Umi berbagi tips kepada para orangtua agar sukses menjadikan generasi revolusi industri yang berkarakter. Di antaranya mampu menjalin komunikasi yang bagus. Tidak hanya kepada anak, tetapi yang lebih utama juga menjalin komunikasi yang bagus dengan Allah. Orangtua juga sangat perlu untuk berkolaborasi dan membiasakan memecahkan masalah dengan berfikir kritis. Memberikan kebebasan anak untuk berkreasi sesuai bakat dan minatnya. “Mendidik anak-anak di zaman yang serba maju ini lebih perlu ekstra kecerdikan, karena anak sekarang sudah jauh berbeda dengan ketika para orangtua masih menjadi anak-anak dulu,” ujar dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Owner Indonesia LED Consultants itu, tidak henti-hentinya berpesan kepada para orangtua senantiasa mengawasi putra-putrinya agar terhindar dari segala bentuk kenakalan remaja seperti narkoba, minuman keras, seks bebas dan bullying, serta mengawasi penggunaan gadget mereka. Endramawan Suroto, salah satu orang tua, mengatakan bahwa sebagai orangtua sangat senang dan berkesan dengan kegiatan semacam ini karena menjadi ajang sambung rasa kasih sayang antara orangtua dengan anak yang selama ini terkadang kurang terperhatikan. Di samping itu, kegiatan ini menjadi bentuk kerja sama antara sekolah dengan orangtua untuk berbagi peran dalam proses menumbuhkembangkan anak untuk menghadapi tantangan di zaman sekarang. “Bagus sekali. Banyak di antara kami, para orangtua, yang meneteskan air mata,” pungkasnya. *)Ali Mucson, S.Pd., M.M. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya